Optimalisasi Pembelajaran IPA melalui Diskusi Model PBL dan PJBL serta Peer Teaching di MGMP IPA SMP IT Al-Kautsar

Pada hari Senin, 28 Oktober 2024, MGMP IPA internal SMP IT AL-KAUTSAR melaksanakan kegiatan diskusi mendalam terkait penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah atau Problem Based Learning (PBL) dan Pembelajaran Berbasis Proyek atau Project Based Learning (PJBL) pada pelajaran IPA.

Kegiatan ini dihadiri oleh guru-guru yang tergabung dalam MGMP IPA internal SMP IT Al-Kautsar yaitu Ibu Ginanti Safitri, S.Pd., Ibu Lilik Efendi, S.Pd., Ibu Willa Octania, S.Pd., Ibu Wella Meliza, S.Pd., Ibu Anggita Oktimalia, S.Si., dan Ibu Silvia Rahmadayanti, S.Pd.

Koordinator MGMP IPA internal yaitu Ibu Willa Octania, S.Pd., membuka kegiatan diskusi dengan sambutan hangat dan mengajak para rekan guru IPA untuk berkolaborasi dalam menciptakan pengalaman belajar yang lebih menarik dan efektif bagi siswa. Sebagai pengantar diskusi, Bu Willa menekankan pentingnya inovasi dalam penerapan model pembelajaran. Adapun fokus diskusi yaitu terkait Model PBL dan PJBL dalam pembelajaran IPA.

Kedua model ini PBL dan PJBL, diharapkan dapat memperkaya proses pembelajaran IPA di SMP IT Al-Kautsar, menjadikan siswa lebih aktif, kreatif, dan siap menghadapi tantangan di masa depan. Melalui kegiatan MGMP ini, para guru diajak untuk bersama-sama menggali lebih dalam penerapan kedua model ini, demi menciptakan pengalaman belajar yang lebih menarik dan bermakna.

Diskusi mencakup pembahasan berbagai materi IPA kelas 7 hingga kelas 9 yang dinilai cocok untuk diterapkan menggunakan model PBL dan PJBL.

Model Pembelajaran Berbasis Proyek (PBL) dan Pembelajaran Berbasis Masalah (PJBL) merupakan dua pendekatan inovatif yang dapat meningkatkan keterlibatan siswa dalam pembelajaran IPA.

Pembelajaran Berbasis Proyek (PJBL) menekankan pada keterlibatan aktif siswa dalam menyelesaikan proyek yang memiliki relevansi dunia nyata. Beberapa karakteristik utama dari PJBL adalah:

  1. Berpusat pada Siswa: Siswa berperan aktif dalam proses pembelajaran, sementara guru bertindak sebagai fasilitator yang membimbing proses belajar.
  2. Konteks Nyata dan Aplikasi Praktis: PJBL memanfaatkan konteks kehidupan nyata untuk memperdalam pemahaman siswa.
  3. Pengembangan Keterampilan 4C: Proyek ini mengasah keterampilan berpikir kritis, komunikasi, kolaborasi, dan kreativitas.
  4. Pembelajaran Mandiri: Siswa diharapkan mampu belajar mandiri dan mengambil inisiatif dalam penyelesaian proyek.

Adapun Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL) memiliki beberapa karakteristik utama, antara lain:

  1. Pemecahan Masalah sebagai Inti Pembelajaran: Proses pembelajaran dimulai dari masalah nyata yang mendorong siswa untuk melakukan penyelidikan.
  2. Pembelajaran Berbasis Inkuiri: Siswa dilibatkan dalam proses pengumpulan data, analisis, dan penyelidikan mandiri yang mendalam.
  3. Kolaborasi: PBL mendorong siswa untuk bekerja sama dalam kelompok untuk mencari solusi, sehingga meningkatkan keterampilan komunikasi dan kerjasama.
  4. Peran Guru sebagai Fasilitator: Guru berperan sebagai pembimbing yang mengarahkan proses pembelajaran dan membantu siswa mengatasi kendala dalam pemecahan masalah.

Sintak model Problem Based Learning (PBL) atau langkah-langkah pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai berikut:

  1. Mengorientasikan peserta didik dalam masalah
  2. Mengorganisasi peserta didik untuk belajar
  3. Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok
  4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
  5. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Pada kegiatan ini, Ibu Lilik Efendi mendapatkan kesempatan untuk melakukan peer teaching menggunakan model PJBL. Materi yang dipilih untuk kegiatan ini adalah topik metode ilmiah pada mata pelajaran IPA kelas 7. Kegiatan yang dilakukan melibatkan proyek di mana siswa secara mandiri mengamati perbedaan pertumbuhan tanaman kacang hijau di tempat gelap dan terang selama 7 hari. Adapun pertumbuhan yang diamati terdiri dari tinggi batang, warna batang, warna daun, warna batang serta kekokohan batang.

Pada simulasi ini, Ibu Lilik Efendi berperan sebagai guru sedangkan guru yang lainnya berperan sebagai siswa sehingga dapat memperoleh pemahaman lebih praktis mengenai implementasi model PJBL.

Ibu Lilik Efendi melakukan kegiatan pembelajaran sesuai topik yang dipilih yaitu penerapan metode ilmiah dalam projek pengamatan pertumbuhan tanaman kacang hijau di tempat gelap dan terang dengan menggunakan sintaks pembelajaran berbasis proyek (PJBL) yang terdiri dari 6 langkah yaitu sebagai berikut:

  1. Menentukan Pertanyaan Mendasar
  2. Menyusun Rencana Projek
  3. Menyusun Jadwal Kerja
  4. Memonitoring Kemajuan Projek
  5. Pengujian Hasil Projek
  6. Evaluasi Hasil dan Proses

Kegiatan peer teaching penerapan model PJBL pada topik metode ilmiah dengan projek pengamatan perbedaan pertumbuhan tanaman kacang hijau di tempat gelap dan terang disimulasikan secara keseluruhan mulai dari kegiatan pendahuluan, inti dan penutup sesuai dengan sintak-sintak dari model PJBL.

Adapun kegiatan peer teaching yang dilakukan memiliki beberapa tujuan, diantaranya:

  1. Meningkatkan Pemahaman Metode PJBL: Melalui simulasi langsung, guru mendapatkan wawasan mengenai penerapan PJBL dalam mata pelajaran IPA
  2. Membangun Kompetensi Pengajaran yang Kolaboratif: Guru-guru IPA dapat saling bertukar pengalaman dan saran sehingga mengoptimalkan strategi pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan.
  3. Mempersiapkan Pembelajaran Inovatif bagi Siswa: Melalui peer teaching, guru dapat merancang kegiatan pembelajaran yang lebih kreatif dan inovatif untuk diterapkan di kelas

Kegiatan ini diakhiri dengan sesi tanya jawab, di mana para guru saling berbagi pengalaman dan strategi dalam menerapkan kedua model tersebut di kelas. Harapan dari diskusi ini adalah terciptanya kolaborasi yang berkelanjutan antar guru IPA demi menciptakan lingkungan belajar yang lebih dinamis dan inspiratif bagi siswa.

Kegiatan diskusi terkait model PBL dan PJBL dalam pembelajaran IPA serta peer teaching yang telah dilakukan  diharapkan dapat memperkaya strategi pembelajaran yang digunakan, sehingga memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa dan membentuk pemahaman yang lebih mendalam.