
Pada malam Sabtu hingga Ahad, tanggal 26–27 April 2025, semangat keislaman menyala di lingkungan SMP IT Al Kautsar. Peserta didik kelas VII, VIII, dan IX putra (Arrijal) mengikuti kegiatan Malam Bina Iman dan Taqwa (MABIT) sebagai bagian dari pembinaan karakter dan ruhiyah yang menjadi pilar utama pendidikan di SMP IT Al-Kautsar ini.
Mengangkat tema menantang dan introspektif, “Udah Sholat Tapi Kok Masih Masuk Neraka?”, peserta diajak untuk menggali lebih dalam tentang kualitas ibadah mereka, bukan sekadar melaksanakannya tetapi bagaimana sholat membentuk perilaku sehari-hari.
Kegiatan MABIT Arrijal dimulai pada Sabtu sore dengan proses registrasi yang dilaksanakan di depan ruang TIK. Setelah itu, peserta diarahkan untuk menata perlengkapan dan mengecek barang bawaan di pemondokan yang telah disiapkan. Penempatan peserta didik pada pemondokan dilakukan secara sistematis dan diawasi langsung oleh para guru pendamping.
Pengawasan dilakukan secara menyeluruh dan menyatu. Para guru tidak hanya bertugas sebagai pendamping, tapi juga sebagai sahabat belajar dan figur panutan yang membentuk atmosfer pembinaan yang humanis.
Kegiatan resmi dibuka pada pukul 16.30 dengan prosesi pembukaan yang dipandu oleh OSIS dan dibuka secara formal oleh panitia.
Bapak Dasmanto Arif, S.HI, dalam laporannya menyampaikan bahwa MABIT bukan hanya kegiatan menginap semalam, tetapi momentum untuk mengevaluasi kondisi hati dan kualitas keimanan peserta didik. Beliau berharap peserta didik mampu memahami bahwa sholat bukan hanya kewajiban, tetapi sarana penyucian jiwa.
Kepala SMP IT Al Kautsar, Ibu Melia Henny M, S.Pd., M.M, dalam sambutannya menyampaikan bahwa laki-laki sejati bukan hanya tangguh secara fisik, tetapi juga kuat dalam prinsip iman dan akhlak. “Kita tidak hanya mencetak peserta didik berprestasi, tapi juga pemimpin masa depan yang berkarakter Islami,” ujarnya.
Perwakilan Yayasan bidang pembinaan keislaman, Bapak Syamsul Huda, menekankan pentingnya internalisasi makna ibadah dalam keseharian. Ia mengingatkan bahwa sholat yang khusyu’ seharusnya melahirkan kesalehan sosial, dan inilah misi besar yang ingin dicapai melalui MABIT.
Acara selanjutnya yaitu pengarahan oleh guru pendamping dan tilawah Al-Qur’an secara bersama-sama.
Selepas pengarahan dan shalat Maghrib berjamaah, para peserta diarahkan menuju Pujasera untuk makan malam. Suasana makan malam terasa hangat dan bersahaja. Peserta didik duduk bersama teman-teman satu pemondokan, menikmati hidangan sederhana yang telah disiapkan panitia dengan penuh kesyukuran.
Guru-guru pendamping pun turut mendampingi dan menyapa dengan ramah, mencairkan suasana dan membangun kedekatan emosional. Makan malam ini bukan sekadar pengisi energi fisik, tetapi menjadi momen kebersamaan yang mempererat ukhuwah islamiyah antarsiswa dan guru.
Setelah makan malam, peserta kembali ke masjid untuk melaksanakan sholat Isya berjamaah. Kegiatan dilanjutkan dengan materi keislaman yang disampaikan oleh Ustadz Arlen, S.Pd.I, yang mengajak peserta didik berpikir kritis dan reflektif mengenai hubungan mereka dengan Allah. Disampaikan dengan gaya interaktif dan menyentuh, materi ini menggugah banyak peserta untuk merenungi kebiasaan ibadah mereka.
Peserta didik tampak sangat antusias dan larut dalam penyampaian materi. Beberapa peserta didik terlihat mencatat, sementara yang lain menyimak dengan mata berbinar, seolah tersentuh oleh contoh-contoh kehidupan nyata yang dikaitkan dengan ibadah. Ketika Ustadz Arlen menyampaikan pertanyaan retoris atau mengangkat isu remaja dalam konteks ibadah, peserta didik merespons aktif dan berani bertanya. Atmosfer ruang berubah menjadi ruang refleksi yang hidup dan penuh semangat belajar.
Sesi ini menjadi salah satu titik emosional dan intelektual dalam MABIT, karena materi yang disampaikan tidak hanya menegur, tetapi juga membimbing dan memotivasi untuk berubah. Banyak peserta didik mengaku bahwa mereka mendapat pencerahan baru dari sudut pandang yang sebelumnya belum pernah mereka renungkan secara mendalam.
Usai materi, peserta didik beristirahat dalam suasana pemondokan yang telah ditata nyaman. Namun demikian, pengawasan tetap dilaksanakan secara ketat. Semua guru pendamping turut tidur bersama peserta untuk memastikan kedisiplinan dan keamanan selama istirahat malam.
Pukul 03.30 dini hari, kegiatan Qiyamul Lail dimulai. Suasana tenang dan gelap justru menjadi momen yang paling menggugah. Peserta didik melaksanakan shalat tahajud dan witir, lalu dilanjutkan dengan shalat Subuh berjamaah. Momen ini menjadi pengalaman spiritual yang jarang mereka rasakan dalam kesibukan sekolah harian.
Setelah subuh, acara dilanjutkan dengan penutupan resmi MABIT, yang kembali menghadirkan sambutan inspiratif dan pembacaan doa. Peserta didik juga mengumpulkan rekap amalan harian, sebagai bentuk evaluasi diri. Guru-guru pendamping menyambut baik kejujuran dan semangat yang mulai tampak dalam diri peserta.
Kegiatan diakhiri dengan sarapan bersama dan kegiatan merapikan pemondokan. Suasana pagi yang cerah, terlihat wajah-wajah peserta didik yang lebih segar, optimis, dan terinspirasi. Tak sedikit yang mengungkapkan bahwa MABIT menjadi titik balik dalam membenahi ibadah mereka.
MABIT Arrijal tahun ini bukan sekadar kegiatan rutin melainkan media pembentukan karakter dan kekuatan spiritual seorang muslim. Melalui pendampingan yang penuh kedekatan dan makna, serta materi yang islami, kegiatan ini menjadi salah satu bagian terpenting dalam membentuk peserta didik SMP IT Al Kautsar sebagai generasi yang berilmu, beriman, dan berakhlak mulia.